Artikel Islam · Aqidah Akhlak · Fikih · Al-Qur'an Hadits · SKI

Macam-Macam Puasa Wajib, Sunnah, Haram, Makruh

Apa Saja Macam-macam Puasa? - Sebagian lagi berpendapat tidak perlu diqadha dan tidak perlu fidyah, sebab yang wajib diganti oleh keluarganya adalah puasa nadzar. Sedangkan puasa Ramadhan yang ditinggalkan karena udzur dan yang bersangkutan belum sempat mengqadhanya, orang lain tidak dapat menggantikannya

Puasa secara umum dibagi mejadi :
1. Puasa  wajib,  yaitu  puasa  yang  jika  dilaksanakan  mendapatkan  pahala,  jika ditinggalkan mendapat dosa. Contoh : puasa Ramadhan, puasa nazar, dan puasa kifarat
2. Puasa  sunnah,  yaitu  puasa  yang  apabila  dilaksanakan  mendapatkan  pahala,  apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa.
3. Puasa makruh, yaitu puasa yang lebih baik ditinggalkan.
4. Puasa  haram,  yaitu  puasa  yang  apabila  dilaksanakan  mendapatkan  dosa,  apabila ditinggalkan mendapatkan pahala.

Secara rinci, macam-macam puasa dibagi sebagai berikut:

1. Puasa Wajib

Puasa  wajib  adalah  puasa  yang  apabila  dilaksanakan  mendapat  pahala,  dan  apabila ditinggalkan mendapat dosa.

Adapun macam-macam puasa wajib adalah sebagai berikut:

Puasa Ramadhan

A. Pengertian dan Dalil Puasa Ramadhan

Puasa  Ramadhan  adalah  puasa  yang diwajibkan  terhadap  setiap muslim  selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Puasa di bulan Ramadhan termasuk salah satu puasa wajib yang harus dilakukan oleh segenap kaum muslimin. Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam bulan Islam. Bulan ini merupakan bulan yang penuh berkah, penuh dengan ampunan Allah swt. dan rahmat-Nya.  Di  dalamnya  terdapat  malam  yang  lebih  mulia  dari  seribu  bulan  yaitu  malam lailatul qadar. Begitu pula Al-Qur'an diturunkan pertama kali di salah satu malam pada bulan ini.

Puasa Ramadhan  diwajibkan  oleh  Allah  swt  untuk  pertama  kalinya  pada tahun kedua hijriyah. Pada waktu itu,  Rasulullah baru menerima perintah memindahkan arah kiblat dari Baitul Makdis di Palestina ke arah Masjidil Haram di Mekah. Firman Allah swt.:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya:  “Hai  orang-orang  yang  beriman,  diwajibkan  atas  kamu  berpuasa  sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. al-Baqarah : 183).

Sabda Rasulullah SAW :
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ:  سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ) رواه الترمذي ومسلم (
Artinya :  Dari Abu Abdurrahman Abdillah bin Umar bin Khatab Radiyallahu ‘anhuma berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Islam itu ditegakkan di atas 5 dasar, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang (patut disembah) kecuali Allah, dan  bahwasanya  Nabi  Muhammad saw. Itu utusan Allah, (2) mendirikan shalat lima waktu, (3) membayar zakat, (4) mengerjakan haji ke Baitullah, (5) berpuasa pada bulan Ramadhan." (HR. Tirmidzi dan Muslim)

B. Cara Menentukan Awal dan Akhir Ramadhan dan Dalilnya

Untuk menentukan awal dan akhir Ramadhan, dapat dilakukan dengan tiga cara.

1. Ru'yatul hilal, yaitu dengan cara memperhatikan terbitnya bulan di hari ke 29 bulan Sya`ban. Pada sore hari saat matahari terbenam di ufuk barat. Apabila saat itu nampak bulan sabit meski sangat kecil dan hanya dalam waktu yang singkat, maka ditetapkan bahwa mulai malam itu, umat Islam sudah memasuki tanggal 1 bulan Ramadhan. Jadi bulan Sya`ban umurnya hanya 29 hari bukan 30 hari. Maka ditetapkan untuk melakukan ibadah Ramadhan seperti shalat tarawih, makan sahur dan mulai berpuasa. Firman Allah:
... فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ...
Artinya: ”Barangsiapa di antara kamu melihat bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”. (QS. Al-Baqarah :185).

Hadits Nabi saw.:
إِنَّ ابْنَ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا رَآَهُ فَأَخْبَرَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَالِكَ وَصَامَ وَأَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ
Artinya: ”Bahwasanya Ibnu Umar telah melihat Bulan, maka diberitahukannya hal itu kepada Rasulullah saw., lalu beliau berpuasa dan menyuruh orang-orang agar berpuasa pula.” (HR. Daud).

2. Istikmal, yaitu  menyempurnakan  bilangan  bulan  sya'ban  atau  bulan  Ramadhan  menjadi  30 hari. Hal  ini  dilakukan  bila  ru'yatul  hilal  tempak  atau  kurang  jelas  karena  tertutup  awan atau sebab lain.

Sabda Nabi saw.
صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِيْنَ
Artinya: ”Berpuasalah kalian sewaktu melihat bulan (di bulan Ramadhan), dan berbukalah kamu sewaktu melihat bulan (di bulan Syawal). Maka jika ada yang menghalangi (mendung), sehingga bulan tidak kelihatan, hendaklah kamu sempurnakan bulan Sya’ban Tiga puluh hari.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Firman Allah :
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “dan  hendaklah  kamu  mencukupkan  bilangannya  dan  hendaklah  kamu mengagungkan  Allah  atas  petunjuk-Nya  yang  diberikan  kepadamu,  supaya  kamu bersyukur." (QS. al-Baqarah : 185)

3. Hisab, yaitu  memperhitungkan peredaran  bulan  dibandingkan  dengan  perbedaan  matahari.

Nabi saw. bersabda:
إِذَا رَأَيْتُمُوْهُ فَصُوْمُوْا وَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُ فَأَفْطِرُوْا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا لَهُ
Artinya: “Apabila kamu melihat bulan (di bulan Ramadhan), hendaklah kalian berpuasa. Dan apabila kamu melihat bulan (di bulan Syawal), hendaklah kamu berbuka. Maka jika ada yang menghalangi (mendung), sehingga bulan tidak kelihatan, hendaklah kalian kira-kirakan bulan itu.” (HR. Bukhari Muslim)

Beberapa ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “kira-kira” ialah dihitung menurut hitungan secara ilmu falak. dan karena  peredaran  bulan  dan  matahari  bersifat  tetap,  maka  dapat diperhitungkan.

Firman Allah swt :
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَالسِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya  manzilah-manzilah  (tempat-tempat)  bagi  perjalanan  bulan  itu,  supaya  kamu mengetahui  bilangan  tahun  dan  perhitungan  (waktu).  Allah  tidak  menciptakan  yang demikian itu melainkan dengan hak dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui” (QS. Yunus : 5)

Pemerintah  Indonesia  berdasarkan  kesepakatan  para  ulama  menentukan  awal  dan akhir  Ramadhan  dengan  menggunakan  ketiga  cara  tersebut.  Jika  menurut  hisab  sudah tetap perhitungannya dan menurut ru'yat sudah nampak hilal, maka hal ini mempermudah untuk mengawali  atau  mengakhiri puasa.

Tetapi kadang kala menurut  perhitungan sudah masuk namun hilal belum nampak, maka dilakukanlah istikmal dengan  menyempurnakan umur bulan menjadi  30 hari.  Sebagian ulama terkadang ada selisih perhitungan  sehingga menimbulkan  perbedaan  pendapat.  Perbedaan  seperti  ini  hendaklah  dianggap  sebagai rahmat dan jangan diperbesar atau menjadi bahan perdebatan yang dapat memecah belah umat Islam.

C. Amalan Sunnat Pada Bulan Ramadhan

Amalan Sunnat pada bulan Ramadhan antara lain:

  • Shalat  tarawih  merupakan  salah  satu  shalat  sunnah  malam  yang  hanya dapat dilaksanakan di bulan ramadhan.
  • Shalat witir dan shalat sunnah lainnya.
  • Jika  ada  kelebihan  rezeki,  sedekahkan  kepada  orang  yang  sedang  berpuasa  atau mengajak mereka untuk buka bersama.
  • Memperbanyak membaca Al-Qur'an (tadarus).
  • I'ktikaf di masjid untuk ibadah.


D. Kafarat bagi Orang yang melanggar larangan puasa Ramadhan

Allah swt. hanya melarang umatnya bersetubuh disiang hari pada bulan Ramadhan, sedangkan pada malam  hari diperbolehkan. Jadi,  barang siapa melakukan persetubuhan dengan  istrinya disiang  hari  maka ia  wajib  membayar kafarat  atau  denda.  Kafarat  bagi  orang yang  melakukan pelanggaran ini ada tiga tingkatkan, yaitu :

  • Membebaskan budak belian.
  • Bila tidak mampu membebaskan hamba sahaya, harus berpuasa dua bulan berturut-turut.
  • Bila berpuasa selama dua bulan juga tidak kuat, harus  memberikan sedekah kepada fakir miskin  dengan  makanan  pokok  yang  mengenyangkan.  Jumlah  fakir  miskin  yang  harus disedekahi 60 orang dan masing-masing 3/4 liter perhari.


Puasa Nazar

A. Pengertian Puasa Nazar  dan dalilnya

Nazar  artinya  menjadikan  sesuatu  dari  yang  tidak  wajib  menjadi  wajib,  atau  ikatan  janji yang  diperintahkan  untuk  melaksanakannya.  Jadi,  puasa  nazar  adalah  puasa  yang  telah dijanjikan oleh seseorang karena  mendapatkan sesuatu kebaikan.

Allah swt. berfirman:
ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ
Artinya  :  “…  dan  hendaklah  mereka  menyempurnakan  nazar-nazar  mereka  dan  hendaklah mereka melakukan  melakukan thawaf  sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)”.  (QS. Al-Hajj : 29).

B. Hukum Puasa Nazar

Berdasarkan ayat di atas, dan karena puasa nazar merupakan puasa yang telah dijanjikan oleh  yang  bersangkutan  untuk  dilaksanakan  maka  hukumnya  wajib.  Dengan  demikian,  jika yang bernazar tidak melaksanakan puasa maka ia akan berdosa.

Nabi saw bersabda:
مَنْ نَذَرَ اَنْ يُطِيْعَ اللهُ فَلْيُطْعِهِ وَ مَنَ نَذَرَ أَنْ يُعْصِيَهُ فَلاَ يُعْصِهِ
Artinya: "Barang siapa bernadzar akan mentaati Allah maka hendaklah ia mentaati-Nya dan barang siapa bernadzar akan bermaksiat kepada Allah, maka janganlah ia melakukannya”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Puasa  nazar terjadi  karena  seseorang  telah  berjanji  akan  berpuasa jika  ia mendapatkan sesuatu  yang  menggembirakan  (kebaikan).  Misalnya,  jika  saya  naik  kelas  maka  saya  akan berpuasa  selama tiga hari. Pada dasarnya  puasa  ini bukan puasa wajib,  tetapi  karena  sudah dinazarkan maka menunaikannya adalah wajib.

Puasa Kafarat

Kafarat  menurut  bahasa  berarti  denda  atau  tebusan.  Dengan  demikian,  puasa  kafarat adalah  puasa  yang  dilakukan  dengan  maksud  untuk  memenuhi  denda  atau  tebusan.Melaksanakan puasa kafarat hukumnya wajib.

Ada beberapa macam puasa kafarat, di antaranya sebagai berikut:

1. Puasa  yang  dilaksanakan  karena  melanggar  larangan  haji
Bagi  orang  yang melaksanakan ibadah haji dengan cara tamatu` atau qiran wajib membayar denda berupa menyembelih 1 ekor  kambing/domba.  Apabila tidak mampu, dia wajib berpuasa  selama 3 hari ketika masih di tanah suci dan tujuh hari setelah sampai tanah kelahirannya.
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۖ وَلَا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّىٰ يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ ۚ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۚ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗ ذَٰلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya:Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya. (QS. Al-Baqarah: 196)

2. Puasa Kafarat karena Melanggar Sumpah atau Janji
Apabila seseorag  berjanji  untuk  melaksanakan  sesuatu  tetapi  dia tidak  memenuhi, maka dia wajib membayar kafarat yaitu puasa tiga hari, ketika tidak mampu memberi makan sepuluh orang miskin.

Firman Allah:
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَٰكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الْأَيْمَانَ ۖ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ ۖ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ ۚ ذَٰلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ ۚ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kafarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kafaratnya puasa selama tiga hari.” (QS. Al-Maaidah: 89)

3. Puasa Kafarat karena Sumpah Dzihar
Dzihar  adalah  seorang  suami  yang  menyerupakan  istrinya  sama  dengan  punggung  ibunya. Jika dia ingin berdamai, maka dia wajib membayar kafarat, yaitu puasa dua bulan berturut-turut, sesuai dengan firman Allah:
وَالَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا ۚ ذَٰلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: "Orang-orang yang menzhihar istri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur.” (QS. Al-Mujaadilah: 3-4)

4. Puasa kafarat karena pembunuhan tanpa sengaja, yaitu puasa dua bulan berturut-turut:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ أَنْ يَقْتُلَ مُؤْمِنًا إِلَّا خَطَأً ۚ وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَأً فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ وَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَىٰ أَهْلِهِ إِلَّا أَنْ يَصَّدَّقُوا ۚ فَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ عَدُوٍّ لَكُمْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ ۖ وَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ فَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَىٰ أَهْلِهِ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ ۖ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Artinya: “ dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mukmin, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba-sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara taubat kepada Allah.” (QS. An-Nisaa: 92)

5. Puasa kafarat karena berhubungan badan di bulan Ramadhan dengan sengaja pada saat puasa
Puasa dua bulan berturut-turut sebagaimana yang disebutkan pada hukum berbuka di bulan Ramadhan.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: ( جَاءَ رَجُلٌ إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: هَلَكْتُ يَا رَسُولَ اَللَّهِ. قَالَ: وَمَا أَهْلَكَكَ ? قَالَ: وَقَعْتُ عَلَى اِمْرَأَتِي فِي رَمَضَانَ، فَقَالَ: هَلْ تَجِدُ مَا تَعْتِقُ رَقَبَةً? قَالَ: لَا قَالَ: فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ? قَالَ: لَا قَالَ: فَهَلْ تَجِدُ مَا تُطْعِمُ سِتِّينَ مِسْكِينًا? قَالَ: لَا, ثُمَّ جَلَسَ, فَأُتِي اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ. فَقَالَ: تَصَدَّقْ بِهَذَا , فَقَالَ: أَعَلَى أَفْقَرَ مِنَّا? فَمَا بَيْنَ لَابَتَيْهَا أَهْلُ بَيْتٍ أَحْوَجُ إِلَيْهِ مِنَّا, فَضَحِكَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ، ثُمَّ قَالَ:اذْهَبْ فَأَطْعِمْهُ أَهْلَكَ ) رَوَاهُ اَلسَّبْعَةُ, وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ
Artinya: Abu Hurairah ra. berkata: Ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu berkata: "Wahai Rasulullah, aku telah celaka. Beliau bertanya: "Apa yang mencelakakanmu?" Ia menjawab: Aku telah mencampuri istriku pada saat bulan Ramadhan. Beliau bertanya: "Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memerdekakan budak?" ia menjawab: Tidak. Beliau bertanya: "Apakah engkau mampu shaum dua bulan berturut-turut?" Ia menjawab: Tidak. Lalu ia duduk, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberinya sekeranjang kurma seraya bersabda: "Bersedekahlan dengan ini." Ia berkata: "Apakah kepada orang yang lebih fakir daripada kami? Padahal antara dua batu hitam di Madinah tidak ada sebuah keluarga pun yang lebih memerlukannya daripada kami. Maka tertawalah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sampai terlihat gigi siungnya, kemudian bersabda: "Pergilah dan berilah makan keluargamu dengan kurma itu." (Riwayat Imam Tujuh dan lafadznya menurut riwayat Muslim)

2. Puasa Sunnah

Puasa  sunnah  adalah  puasa  yang  apabila  dilaksanakan  mendapat  pahala,  dan  apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa.

Adapun macam-macam puasa sunnah adalah sebagai berikut:

Puasa 6 hari dibulan syawwal

Hadits Nabi :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ اَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّاٍل فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ (رواه مسلم)
Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa ramadhan, lalu menyambungnya dengan enam hari dibulan syawwal, maka dia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim)

Hadits  ini merupakan nash yang  jelas  menunjukkan disunnahkannya berpuasa enam hari dibulan  syawwal.  Adapun  sebab  mengapa  Rasulullah SAW menyamakannya dengan puasa setahun lamanya.

Puasa senin dan kamis

Hadits Nabi  yang diriwayatkan Aisyah ra.:
كَانَ النَّبِىُّ ص م يَتَحَرَّى صِيَامَ اْلاِثْنَتَيْنِ  وَ اْلخَمِيْسِ
Artinya: Nabi saw memilih berpuasa hari Senin dan Kamis"”. (HR. Turmidzi) 

Puasa Dawud

Puasa  dawud  adalah  puasa  yang  dilaksanakan  oleh  Nabi  Dawud  `alaihis  salam. Tatacaranya  adalah  puasa  berselang,  maksunya  satu  hari  puasa  satu  hari  tidak  puasa. Puasa ini merupakan puasa sunnah yang paling utama. 

Hadits Nabi :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرٍو قَالَ: صُمْ يَوْمًا وَ اَفْطِرْ يَوْمًا فَذَلِكَ صِيَامُ دَاوُدَ وَ هُوَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ فَقُلْتُ : إِنِّى أُطِيْقُ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ. فَقَالَ النَّبِىُّ ص م: لاَ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ.
Artinya: "Dari Abdullah bin Amr Nabi bersabda: Berpuasalah sehari dan berbukalah sehari. Itulah puasa Daud, dan itulah puasa yang paling utama". Abdullah berkata: saya sanggup lebih dari itu" Nabi bersabda: "Tidak ada yang lebih utama dari itu". (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Puasa Arafah

Puasa  arafah  adalah puasa yang dilaksanaka pada  tanggal  9 Dzulhijjah. Puasa ini  dapat menghapuskan  dosa selama  dua  tahun, yaitu  satu  tahun  yang telah lalu  dan  satu  tahun yang akan datang.

Hadits Nabi :

صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً وَ مُسْتَقْبَلَةً
Artinya: “Puasa hari `arafah menghapus dosa  setahun yang lalu dan  setahun yang akan datang.” (HR. Muslim)

Puasa  arafah  tidak  disunahkan bagi  mereka yang  sedang  wukuf  di Arafah  dalam  rangka menunaikan ibadah haji.

Puasa Asyura (10 muharram)

Nabi saw. bersabda :
صَوْمُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Artinya:”Puasa'Asyura itu menutup dosa tahun yang telah lalu” (HR. Muslim)

Puasa Muharram

Bulan muharram adalah bulan yang dianjurkan untuk memperbanyak berpuasa.

Hadits Nabi :

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ اْلمُحَرَّمَ
Artinya:"Seutama-utama puasa sesudah Ramadhan ialah puasa pada bulan Allah, Muharram". (HR. Muslim)

Puasa tengah bulan pada setiap tanggal 13, 14 dan 15 bulan Qomariah

Puasa ini biasa disebut juga puasa putih karena pada tanggal-tanggal tersebut bulan bersinar penuh, atau hampir penuh, tidak terhalangi oleh bayangan bumi, sehingga bumi menjadi terang.

Nabi saw bersabda kepada Abu Dzar:
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةً فَصُمْ ثَلاَثَ عَشَرَةَ وَ أَرْبَعَ عَشَرَةَ وَ خَمْسَ عَشَرَةَ (رواه أحمد و النسائى)
Artinya:”Hai Abu Dzar, jika engkau hendak puasa tiga hari dalam satu bulan, hendaklah engkau puasa tanggal 13, 14, dan 15. " (Riwayat Ahmad dan Nasai).

Dalam hadits lain disebutkan
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص م يَأْمُرُناَ بِصِيَامِ اللَّيَالِ البِيْضِ ثَلاَثَ عَشَرَةَ أَرْبَعَ عَشَرَةَ وَ خَمْسَ عَشَرَةَ وَ قَالَ, هِىَ صَوْمُ الدَّهْرِ
Artinya:"Rasulullah menyuruh kami berpuasa pada malam-malam putih, yaitu tanggal 11, 14, dan 15, dan beliau bersabda: Itulah puasa (yang sama dengan puasa) sepanjang tahun.

Puasa pada pertengahan bulan Sya'ban (Nisfu Sya'ban).

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَاَلتْ: مَا رَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص م اسِتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَاَيْتُهُ فِى شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَاماً فِى شَعْبَانَ
Artinya: "Dari Aisyah: Saya tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan dan saya tidak melihat beliau berpuasa pada bulan-bulan lain sebanyak yang beliau lakukan pada bulan Sya'ban" (HR. Bukhari Muslim)

3. Puasa Haram

Puasa  haram, yaitu  puasa  yang  apabila  dikerjakan  berdosa  dan  apabila  ditinggalkan berpahala.

Adapun macam-macam puasa haram sebagai berikut:

Hari Raya Idul Fithri

Tanggal  1 Syawwal telah ditetapkan sebagai hari  raya  sakral umat  Islam. Hari itu adalah hari  kemenangan  yang  harus  dirayakan  dengan  bergembira.  Karena  itu  syariat  telah mengatur bahwa di hari  itu  tidak diperkenankan seseorang  untuk berpuasa  sampai pada tingkat  haram.  Meski  tidak  ada  yang  bisa  dimakan,  paling  tidak  harus  membatalkan puasanya atau tidak berniat untuk puasa.

Hari Raya Idul Adha

Hal yang sama juga pada tanggal  10 Zulhijjah sebagai Hari Raya kedua bagi umat Islam. Hari  itu  diharamkan  untuk  berpuasa  dan  umat  Islam  disunnahkan  untuk  menyembelih hewan Qurban dan membagikannya kepada fakir msikin dan kerabat serta keluarga. Agar semuanya  bisa  ikut  merasakan  kegembiraan  dengan  menyantap  hewan  qurban  itu  dan merayakan hari besar.

Hari Tasyrik

Hari  tasyrik  adalah  tanggal 11,  12  dan  13 bulan Zulhijjah.  Pada  tiga  hari itu  umat  Islam masih  dalam  suasana  perayaan hari Raya Idul  Adha  sehingga  masih  diharamkan  untuk berpuasa. Pada tiga hari itu masih dibolehkan  utnuk menyembelih  hewan qurban  sebagai ibadah yang disunnahkan sejak zaman nabi Ibrahim as.

Puasa pada hari Syak

Hari syak adalah tanggal 30 Sya`ban bila orang-orang ragu tentang awal bulan Ramadhan karena hilal  (bulan) tidak terlihat. Saat itu tidak ada kejelasan apakah  sudah masuk bulan Ramadhan  atau  belum.  Ketidak-jelasan  ini  disebut  syak.  Dan  secara  syar`i  umat  Islam dilarang berpuasa pada hari itu.

Puasa Selamanya (puasa Dahri)

Diharamkan  bagi  seseorang  untuk  berpuasa  terus  setiap  hari.  Meski  dia  sanggup  untuk mengerjakannya  karena  memang  tubuhnya  kuat.  Tetapi  secara  syar`i  puasa  seperti  itu dilarang oleh Islam. Bagi mereka yang ingin banyak puasa, Rasulullah SAW menyarankan untuk berpuasa seperti puasa Nabi Daud as yaitu sehari puasa dan sehari berbuka.

Puasa wanita haidh atau nifas

Wanita yang sedang mengalami haidh atau nifas diharamkan mengerjakan puasa. Karena kondisi  tubuhnya  sedang  dalam  keadaan  tidak  suci  dari  hadats  besar.  Apabila  tetap melakukan  puasa,  maka  berdosa  hukumnya.  Bukan  berarti  mereka  boleh  bebas  makan dan minum sepuasnya. Tetapi harus menjaga kehormatan bulan Ramadhan dan kewajiban menggantinya di hari lain.

4. Puasa Makruh

Puasa makruh,yaitu puasa yang apabila dikerjakan tidak berdosa dan apabila ditinggalkan (tidak berpuasa) malahan berpahala.

Puasa makruh antara lain sebagai berikut :

a. Puasa yang dilakukan pada hari Jumat, kecuali beberapa hari sebelumnya telah berpuasa. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad saw.
b. Puasa sunnah pada paruh kedua bulan Sya`ban
Puasa ini mulai tanggal 15 Sya`ban hingga akhir bulan Sya`ban. Namun bila  puasa bulan Sya`ban sebulan penuh, justru merupakan sunnah.

INTINE BELAJAR - Jika ada penulisan surat Al-Qur'an yang salah atau ada kesalahan makna dan kesalahan lainnya, harap untuk segera lapor ke admin untuk tujuan perbaikan melalui email: intinebelajar@gmail.com !!! Terima Kasih

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Macam-Macam Puasa Wajib, Sunnah, Haram, Makruh

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan berkomentar sesuai apa yang telah anda baca dengan syarat.
1. Berkomentarlah dengan Relevan
2. Don't Spam
3. No Porn
4. No Sara
5. Jika MELANGGAR komentar akan dihapus